70% MAHASISWI UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA SUDAH TIDAK PERAWAN #2

Penulusaran penulis berlanjut keesokan harinya, yang mana penulis dijanjikan sumber untuk bertemu dengan seorang mucikari yang memiliki “barang” mahasiswi-mahasiswi UIN Jogja.“Haaahh…, ada germo yang punya stok cewek UIN.Maksud mu mahasiswi UIN ada yang berprofesi pelacur?” penulis dengan terkejutnya bertanya kepada sumber. “Ada, mungkin bisa dikatakan banyak, rata-rata tidak kurang dari 10 cewek per-fakultas, jadi kurang lebih 70 orang (UIN jogja memiliki 7 fakultas Syari’ah, Tarbiyah, Adab, Dakwah, Ushuludin, Saintech, dan Isoshum), o yah.., dan kemarin kamu sudah melihat salah satu nya waktu di Blandongan”. Dengan tergeleng-geleng penulispun membonceng motor sumber dan berkendara kearah Bantul. 40 menit perjalan, kami pun masuk ke sebuah perumahan elit dan berhenti di depan sebuah rumah yang berukuran besar (mohon maaf, sumber melarang memasukkan alamat dan nomer rumah tersebut). Kami turun dan membunyikan bel, disambut dengan hangat oleh seorang pria paruh baya yang nampaknya memiliki hubungan sangat akrab dengan sumber. Dalam artikel ini, bapak tersebut sepakat ditulis dengan nama Arjuna. Setelah duduk dan berbasa-basi, sumber langsung menyampaikan kepada pak Arjuna bahwa inilah (maksunya penulis) yang tadi dibicarakan memalui SMS.Pak Arjuna pun melihat kearah penulis dengan mantap, dan setelah mangut-mangut sedikit beliau berdiri dan mengambil HP nya yang terletak di atas lemari.

”Dengarkan baik-baik” ujarnya.

Pak Arjuna pun mencari sebuah nomer kontak dalam Phonebook HP nya, kemudian ditekannya tombol OK.Setelah terdengar nada sambung, pak Arjuna menghidupkan mode Loudspeaker.

“Tuut…., tuuut…, tuuut.., “ nada itu berbunyia untuk beberapa kali.

“Halo Om.., pa kabar?” ahirnya sebuah suara lembut dan manja terdengar dari seberang sana.

Sambil melirik kearah penulis, pak Arjuna yang dipanggil Om, mulai berbicara.

“Ya salam doong.., anak UIN kok ga pake Assalamu’laikum”

“Ihh.., om bisa aja. Iyaaa…, assalamu’alaikum Ommm…,”

“Waalaikum salam., lagi dimana xxx (menyebut namanya) ?”

“Di kampus aja om., gimana, ada yang perlu “diservis”?” terdengar tertawa kecil,

“Hehe…, kamu tuh. Ga kok, om cuman nanya-nanya kabar aja. Kalau masalah “servis” sih, punya om aja ga bakal habis. Hahaha…, ya udah belajar yang rajin. Malam besok main ke tempat om yah.., ada sesuatu”

“Iya deh om.., dada omm mmmmuah”

“ Eh eh.., bentar, om lupa. Kamu di UIN Jurusan apa?”

“Ilmu Komunikasi Omm, Isoshum. Dah ya omm., daaa…,”

(Kalau pihak Dekanat Isoshum keberatan, silahkan buktikan dengan tes keperawanan di fakultas anda, khususnya I-Kom).

Penulis hanya bisa terduduk lemas di seberang meja pak Arjuna mendengar percakapan itu.Pak Arjuna pun menawarkan kepada penulis untuk menunjukkan bukti lagi, penulispun langsung menolaknya.Kami ngobrol-ngobrol sebentar mengenai kehidupan malam Jogja, dan menurut pak Arjuna, anak UIN (khususnya yang cewek) tidak pernah absen dalam perkembangannya.Bahkan beliau juga menjelaskan tentang kehidupan pasangan anak muda jaman sekarang yang berdasarkan pada cinta sementara, seks, dan uang.Jadi cukup mudah untuk mendapatkan “barang” mahasiswi manapun, termasuk mahasiswi UIN Sunan Kalijaga.Kami tidak lama di tempat pak Arjuna karena beliau telah ada jadwal untuk pergi, setelah berpamitan dan mengcapkan terima kasih, kami berkendara pulang.

Banyak lagi fakta-fakta yang penulis temukan dalam penelusuran ini, akan tetapi setidaknya 2 study kasus tersebut dapat memberikan gambaran kepada kita kondisi mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebagaimana yang saya sampaikan di atas, mungkin hal ini sangat tidak mungkin, akan tetapi untuk membuktikannya penulis mempunyai beberapa usul.

1. Pihak kampus, cobalah turun ke masyarakat sekitar dan lihat kondisi dan pola hidup anak-anak UIN di kos-kosan dan warung kopi. Saya pastikan anda akan terkejut.

2. Hindari pendidikan liberal, giatkan kembali kajian-kajian kitab klasik.

3. Lakukan tes keperawanan setelah Munaqosah, dan hasil tes tersebut akan menentukan lulus atau tidaknya mahasiswi tersebut.

(akan lebih baik jika UIN melaksnakan tes keperawanan di awal dan ahir masa study. Hal ini sangat mungkin untuk di lakukan dengan fasilitas Poliklinik UIN yang tersedia. Insya Allah kebijkan ini akan mengurangi angka pelaku seks bebas di kalangan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).


PS:

- Di fakultas Ushuluddin, ternyata ada seorang mahasiswi yang diindikasikan sebagai wanita tunasusila. Mahasiswi tersebut seringnongkrong bareng temen-temennya di warung kopi Blandongan.

- Di fakultas Adab, dalam perjalanan kami, kami temukan seorang mahasiswi yang menindik lidahnya. Setelah kami Tanya-tanya, ternyata dia adalah seorang anggota organisasi mahasiswa di fakultasnya, dan ketika di luar kampus, mahasiswi tersebut dengan santainya mengenakan pakaian seksi tanpa kerudung.

- Mohon bapak/ibu segera sadar, di UIN Sunan Kalijaga sekarang banyak sekali mahasiswi yang mengenakan baju/kaos dan celana ketat, kadang-kadang transparan. Lihat lah di kantin dekat fakultas Dakwah, di fakultas Isoshum, Tarbiyah.

- Di fakultas Isoshum, tahun 2011 ini menerima mahasiswa/I yang Waria. Sebenarnya dia laki-laki, akan tetapi dia memakai kerudung waktu kuliah dan memakai mukena waktu sholat. Pihak fakultas pun tahu sepenuhnya, akan tetapi DIAM SAJA.

- Tolong tes keperawanannya bener-bener dilakukan.

- Untuk para orang tua: hati-hati jika mengliahkan anak anda di Jogja, khususnya UIN Yogyakarta, .

Semoga dibukanya hal ini menjadi koreksi dan kebaikan untuk kita semua.Amin



SUMBER

http://www.kaskus.co.id/thread/510226f70c75b4184d000008/70....-k....sudah-tidak-perawan/

http://www.wonosari.com/t1455-9705-m...g-kegadisannya

http://news.okezone.com/read/2010/11...ta-tak-perawan

Comments

  1. baru tau saya realita ttg mhs UIN, ini mengejutkan krn status kampu agamis yg disandangnya
    http://jogjakaospolosan.blogspot.com/

    ReplyDelete

Post a Comment