Antibiotik Bagi Anak Bisa Jadi Sumber Bahaya


VIVAnews - Jangan sembarangan memberikan antibiotik pada anak kecil, kecuali memang betul-betul membutuhkannya. Menurut penelitian, anak yang diberikan penisilin dan obat-obatan serupa, seperti antibiotik, lebih berisiko mengalami sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome (IBS) serta penyakit Crohn.

Selain itu, menurut penelitian, pengobatan antibiotik yang diberikan pada anak-anak, dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan masalah pencernaan dikemudian hari.

Penelitian terhadap pengaruh antibiotik pada anak dilakukan selama delapan tahun dengan melibatkan 580.000 anak. Selama penelitian, tim peneliti memeriksa semua catatan dari resep dokter dan sejarah medis mereka.

Seperti dikutip dari Daily Mail, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Gut ini menunjukkan bahwa anak-anak yang mengonsumsi setidaknya satu antibiotik berisiko hampir dua kali untuk mengembangkan masalah usus, biasanya gangguan mulai terjadi saat usianya mencapai empat tahun.

Menurut penelitian, mereka juga tiga setengah kali lebih berisiko mengalami penyakit Crohn. Yakni kondisi kesehatan serius yang menyebabkan sakit perut, penurunan berat badan, mual, dan gejala yang tidak menyenangkan lainnya.

Para peneliti percaya antibiotik dapat merusak bakteri 'baik' dan organisme kecil lainnya yang dikenal secara kolektif sebagai 'mikroflora' yang membantu melindungi usus. Hal ini membuat usus kurang toleran terhadap bakteri berbahaya dan orang tersebut lebih rentan terhadap IBS.

Secara keseluruhan, pada anak-anak berusia tiga atau empat tahun, antibiotik yang telah diberikan adalah 1,84 kali lebih mungkin didiagnosis dengan penyakit usus dibandingkan mereka tidak pernah diberi obat. Dan risiko mengembangkan penyakit meningkat sebesar 12 persen setiap kali obat yang diresepkan dikonsumsi.

Peringatan lain, kata GP Dr George Kassianos, dari hasil studi ini berarti orang tua perlu berhati-hati dengan antibiotik yang diresepkan untuk anak-anak

Peneliti utama Dr Anders Hviid, dari Statens Serum Institute di Kopenhagen, Denmark, mengatakan, "Antibiotik adalah salah satu penemuan paling menguntungkan untuk kedokteran modern dan keputusan mengenai penggunaan klinis mereka harus didasarkan pada bukti yang sangat kuat. Studi kami menunjukkan link, tetapi kami tidak dapat menyimpulkan bahwa link ini memiliki hubungan kausal.”

Dr Anders melanjutkan, “Ini mungkin karena infeksi akibat antibiotik yang digunakan meningkatkan risiko, atau mungkin karena faktor ketiga yang tidak diketahui yang berhubungan dengan infeksi atau antibiotik yang meningkatkan risiko.”

Jika memang benar antibiotik menyebabkan sindrom usus besar, kata Dr Anders, maka mikroorganisme menguntungkan dalam tubuh bisa mati dan menyediakan ruang untuk jenis patogenik atau gangguan dengan sistem kekebalan tubuh berkembang di perut.

Para peneliti menemukan bahwa anak-anak lebih mungkin diresepkan antibiotik bila ibu mereka masih muda atau belum pernah mengenyam pendidikan tinggi.

IBS mempengaruhi antara 10 dan 20 persen anak di Inggris, dengan anak perempuan dua kali lebih mungkin menderita kondisi tersebut. Dokter tidak tahu persis apa penyebabnya tetapi sering diperburuk oleh stres atau makan makanan tertentu seperti daging merah atau susu.

Dr George Kassianos, juru bicara Royal College of General Practitioners, mengatakan, "Kami sudah tahu bahwa peresepan antibiotik pada tahun pertama kehidupan meningkatkan risiko penyakit asma pada anak usia dini. Studi ini memberi kita peringatan untuk anak-anak lain yang sedikit lebih tua.”

Dr George melanjutkan, “Kami harus sangat berhati-hati dengan antibiotik yang diresepkan pada anak-anak. Terlebih lagi, dengan mengutip studi seperti ini, kita mungkin akan lebih mudah untuk membujuk orangtua untuk menghindari antibiotik kecuali benar-benar diperlukan."

Comments